Oleh Bp. Bp. Agus Effendi, M.Ag.
Disampaikan dalam Kajian Malam Rabu Muhammadiyah Temanggung, tanggal 13 Nopember 2012 Alhamdulillah kita masih berjumpa lagi dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kita dengan menambah ilmu, Allah menggaris bawahi bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Dengan ilmu agama yang benar, maka seseorang semakin tinggi ilmunya semakin besar rasa takut pada Allah.
67. Berbicara tanpa dasar, berbantah-bantahan dan beradu argumentasi terutama dalam masalah takdir menurut semua firqah dilarang keras sebab masalah takdir merupakan rahasia Allah dan Rabb telah melarang para Nabi berbicara soal takdir serta Rasulullah juga melarang berbantah-bantahan dalam masalah takdir. Begitu pula para sahabat Nabi, Tabi'in, para ulama sunnah dan Ahli wara' sangat membenci setiap pembicaraan masalah takdir dan melarang berbantah-bantahan dalam perkara takdir. Maka cukuplah bagimu bersikap tunduk patuh, menetapkan dan beriman serta menyakini apa yang telah diucapkan Rasulullah segala perkara dan mendiamkan selain perkara itu.
Dalam masalh ini ada hadist dhoif yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah (VI/182) dari Ibnu Umar, dia berkata Rasulullah bersabda : ”Janganlah kalian berbicara mengenai takdir, karena sesungguhnya takdir itu adalah rahasia Allah, maka janganlah kalian membuka rahasia Allah.” Hadist ini didhoifkan oleh Al Albani di dalam Dhoif Al Jami’ (4.131).
Disampaikan dalam Kajian Malam Rabu Muhammadiyah Temanggung, tanggal 13 Nopember 2012 Alhamdulillah kita masih berjumpa lagi dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kita dengan menambah ilmu, Allah menggaris bawahi bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Dengan ilmu agama yang benar, maka seseorang semakin tinggi ilmunya semakin besar rasa takut pada Allah.
PASAL 67
67. Berbicara tanpa dasar, berbantah-bantahan dan beradu argumentasi terutama dalam masalah takdir menurut semua firqah dilarang keras sebab masalah takdir merupakan rahasia Allah dan Rabb telah melarang para Nabi berbicara soal takdir serta Rasulullah juga melarang berbantah-bantahan dalam masalah takdir. Begitu pula para sahabat Nabi, Tabi'in, para ulama sunnah dan Ahli wara' sangat membenci setiap pembicaraan masalah takdir dan melarang berbantah-bantahan dalam perkara takdir. Maka cukuplah bagimu bersikap tunduk patuh, menetapkan dan beriman serta menyakini apa yang telah diucapkan Rasulullah segala perkara dan mendiamkan selain perkara itu.
Dalam masalh ini ada hadist dhoif yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Al Hilyah (VI/182) dari Ibnu Umar, dia berkata Rasulullah bersabda : ”Janganlah kalian berbicara mengenai takdir, karena sesungguhnya takdir itu adalah rahasia Allah, maka janganlah kalian membuka rahasia Allah.” Hadist ini didhoifkan oleh Al Albani di dalam Dhoif Al Jami’ (4.131).
Sebagaimana dalam hadist Amr bin Su’aib dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata: Rasulullah keluar menemui para sahabatnya dan waktu itu mereka sedang berbantah-bantahan dalam masalah takdir, waktu itu wajah Rasulullah terlihat seperti buah delima yang dibelah karena marah, kemudian beliau bersabda : “ Seperti inilah kalian diperintahkan atau untuk hal inikah kalian diciptakan, kalian membenturkan Al Qur’an sebagiannya dengan yang lain ? Disebabkan hal inilah umat-umat sebelum kalian binasa.” Hadist riwayat Ibnu Majah (85) dan lainnya, dishohihkan oleh Al Albani dalam Ath-Thohawiyah (288).
Penjelasan:
Siapapun yang berdebat masalah takdir mesti ramai dan tidak akan selesai, karena banyak penjelasan dalam takdir yang merupakan rahasia Allah, jadi manusia tidak mampu menjelaskannya. Ada kisah dari Imam Abu Hanifah, yang sedang menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, iblis dan jin diciptakan dari api. Jin, Iblis dan hamba Allah yang dilaknat akan dimasukkan kedalam neraka dan itu siksaan bagi mereka. Salah satu orang tertawa mendengar penjelasan tersebut, karena ia berpendapat iblis dan jin diciptakan dari api, maka kalau di masukkan dalam api neraka berarti tidak ada pengaruhnya dan bukan siksaan. Imam Abu Hanifah dalam menjelaskan hal tersebut mengambil sebuah wadah dari tembikar (terbuat dari tanah yang dibakar) dan memukulkan tembikar tersebut ke orang tersebut sampai wadah tersebut hancur. Marahlah orang tersebut dan Imam Abu Hanifah menjelaskan : “Janganlah kamu marah, bukankah manusia diciptakan dari tanah ? Bukankah tembikar ini dibuat dari tanah ? Bukankah terasa sakit manusia yang tercipta dari tanah di pukul tembikar yang terbuat dari tanah ?” Orang tersebut menjawab : iya dan iya. Dan diamlah orang tersebut dan diam pula Imam Abu Hanifah.
Ilustrasi diatas mejelaskan banyak hal yang tidak dapat dijakau dengan akal manusia, seperti halnya takdir. Jadi berkenaan dengan takdir maka sikap kita adalah :
1. Maka cukuplah bagimu bersikap tunduk patuh atau menerima
2. menetapkan atau menerima apa adanya
3. beriman serta menyakini apa yang telah diucapkan Rasulullah segala perkara
4. Bersikap mendiamkan perkara yang didiamkan (tidak dijelaskan) oleh Rasulullah.
Penjelasan:
Siapapun yang berdebat masalah takdir mesti ramai dan tidak akan selesai, karena banyak penjelasan dalam takdir yang merupakan rahasia Allah, jadi manusia tidak mampu menjelaskannya. Ada kisah dari Imam Abu Hanifah, yang sedang menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, iblis dan jin diciptakan dari api. Jin, Iblis dan hamba Allah yang dilaknat akan dimasukkan kedalam neraka dan itu siksaan bagi mereka. Salah satu orang tertawa mendengar penjelasan tersebut, karena ia berpendapat iblis dan jin diciptakan dari api, maka kalau di masukkan dalam api neraka berarti tidak ada pengaruhnya dan bukan siksaan. Imam Abu Hanifah dalam menjelaskan hal tersebut mengambil sebuah wadah dari tembikar (terbuat dari tanah yang dibakar) dan memukulkan tembikar tersebut ke orang tersebut sampai wadah tersebut hancur. Marahlah orang tersebut dan Imam Abu Hanifah menjelaskan : “Janganlah kamu marah, bukankah manusia diciptakan dari tanah ? Bukankah tembikar ini dibuat dari tanah ? Bukankah terasa sakit manusia yang tercipta dari tanah di pukul tembikar yang terbuat dari tanah ?” Orang tersebut menjawab : iya dan iya. Dan diamlah orang tersebut dan diam pula Imam Abu Hanifah.
Ilustrasi diatas mejelaskan banyak hal yang tidak dapat dijakau dengan akal manusia, seperti halnya takdir. Jadi berkenaan dengan takdir maka sikap kita adalah :
1. Maka cukuplah bagimu bersikap tunduk patuh atau menerima
2. menetapkan atau menerima apa adanya
3. beriman serta menyakini apa yang telah diucapkan Rasulullah segala perkara
4. Bersikap mendiamkan perkara yang didiamkan (tidak dijelaskan) oleh Rasulullah.
Penjelansan lengkap klik disisni
alamat pdm kab temanggung itu jalan apa nomer berapa to
BalasHapus