Minggu, 23 September 2012

MEMBANGUN KECERDASAN SPIRITUAL



Oleh Bp. H. Munadi, S.Pd. (Temanggung)
Disampaikan dalam Kajian Kuliah Subuh Ahad Pagi Muhammadiyah Temanggung,
Tanggal 16 September 2012.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, kehadiran  hadirin semua disini karena dilandasi dengan kecerdasan spiritual, karena  cerdas memilih untuk menentukan sikap untuk memilih tholabul ilmi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam QS.Al-Baqarah (2):31:
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" .
Allah menurunkan ilmu kepada manusia dalam berbagai bentuk agar manusia mempelajarinya. Allah juga bisa mengambil pemahaman tentang ilmu dari manusia, yang dapat dilihat dari beberapa orang tua yang linglung atau pikun. Untuk menghindari cepat pikun dapat dilakukan dengan membaca Al Qur’an, merenungkan isi Al Qur’an dan banyak mengunjungi majelis ilmu.
Juga QS.Al-Alaq (96):4
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam*”
* Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Salah satu nikmat, serta anugerah Allah yang sangat luar biasa yang telah diberikan kepada manusia adalah nikmat akal dan kecerdasan ( intelegent). Kecerdasan yang Allah berikan kepada manusia inilah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya. Bahkan ketika manusia pertama kali diciptakan oleh Allah, Dia-lah yang pertama kali mengajarkankepada manusia nama-nama segala macam buah dan benda yang ada disekitarnya. Peristiwa semacam ini tidak pernah di perlakukan bagi makhluk-makhluk lainnya.
Siapakah orang yang cerdas ? Rasulullah saw mendefinisikan dalam HR Tirmidzi, Ahmad, Hakim dan Ibnu Majah, : Dari Syadad bin Aus r.a ia berkata: ”Rasulullah saw bersabda : ”Orang yang cerdas adalah orang yang mengalahkan nafsunya dan berbuat untuk sesuatu setelah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharap kepada Allah beberapa harapan.
Al-Kais --- orang yang cerdik, orang berakal yang berpandangan jauh dalam setiap masalah dan memperhatikan berbagai akibat.
Daana Nafshu – mengalahkan dan menghinakan nafsunya.
Al-Hawa; Hawa –kecenderungan nafsu kepada syahwat. Mengapa? Karena ia menjerumuskan pemiliknya di dunia ke dalam bencana dan di akherat ke dalam neraka.
Al-Amaaniy – jamak dari ”umniyah”, angan-angan dan harapan, yaitu sesuatu yang diharapkan manusia, sehingga ia membayangkan tercapainya kelezatan dan keinginannya. Dengan kata lain, apa yang diidamkan manusia.
Harta dunia jika dibandingkan dengan akhirat sangatlah kecil. Firman Allah dalam QS.Al-’Ankabut (29) :64 :
”Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
Orang yang cerdas adalah orang yang mengalahkan nafsunya dan menundukkannya di bawah kendali hikmah akalnya dan syari’at Tuhannya. Ia memperhitungkan nafsunya kapan melepas dan kapan menahannya. Jika sesuatu itu baik, maka ia menambahnya dan memuji Allah swt. Tetapi jika buruk maka ia bertaubat kepada Allah dan ia kembali mengekang nafsunya sehingga ia tidak menyimpang dari jalan yang benar, ke kanan maupun ke kiri. Perilakunya adalah melaksanakan kewajibannya kepada Tuhan, dirinya, keluarganya, dan kaumnya. Perbuatannya itu akan bermanfaat bagi kehidupannya setelah mati, yakni berbangkit, dikumpulkan di Mahsyar, hisab, kenikmatan surga atau siksa neraka.



Kajian lengkap Klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar