Oleh Bp.
H. Munadi, S.Pd.
(Temanggung)
Disampaikan
dalam Kajian Kuliah Subuh Ahad Pagi Muhammadiyah Temanggung,
Tanggal 16 September 2012.
Bapak-bapak,
Ibu-ibu, kehadiran hadirin semua disini
karena dilandasi dengan kecerdasan spiritual, karena cerdas memilih untuk menentukan sikap untuk
memilih tholabul ilmi untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam QS.Al-Baqarah (2):31:
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!" .
Allah menurunkan ilmu kepada manusia dalam
berbagai bentuk agar manusia mempelajarinya. Allah juga bisa mengambil
pemahaman tentang ilmu dari manusia, yang dapat dilihat dari beberapa orang tua
yang linglung atau pikun. Untuk menghindari cepat pikun dapat dilakukan dengan
membaca Al Qur’an, merenungkan isi Al Qur’an dan banyak mengunjungi majelis
ilmu.
Juga QS.Al-Alaq (96):4
Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam*”
* Maksudnya: Allah mengajar manusia
dengan perantaraan tulis baca.
Salah satu nikmat, serta anugerah
Allah yang sangat luar biasa yang telah diberikan kepada manusia adalah nikmat akal dan kecerdasan ( intelegent). Kecerdasan yang Allah berikan kepada
manusia inilah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya. Bahkan
ketika manusia pertama kali diciptakan oleh Allah, Dia-lah yang pertama kali
mengajarkankepada manusia nama-nama segala macam buah dan benda yang ada
disekitarnya. Peristiwa semacam ini tidak pernah di perlakukan bagi
makhluk-makhluk lainnya.
Siapakah orang yang cerdas ?
Rasulullah saw mendefinisikan dalam HR Tirmidzi, Ahmad, Hakim dan Ibnu Majah, :
”Dari Syadad bin Aus r.a ia berkata:
”Rasulullah saw bersabda : ”Orang yang cerdas adalah orang yang mengalahkan
nafsunya dan berbuat untuk sesuatu setelah mati, dan orang yang lemah adalah
orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharap kepada Allah beberapa harapan.”
Al-Kais ---
orang yang cerdik, orang berakal yang berpandangan jauh dalam setiap masalah
dan memperhatikan berbagai akibat.
Daana Nafshu –
mengalahkan dan menghinakan nafsunya.
Al-Hawa; Hawa –kecenderungan
nafsu kepada syahwat. Mengapa?
Karena ia menjerumuskan pemiliknya di dunia ke dalam bencana dan di akherat ke
dalam neraka.
Al-Amaaniy – jamak
dari ”umniyah”, angan-angan dan harapan, yaitu sesuatu yang diharapkan manusia,
sehingga ia membayangkan tercapainya kelezatan dan keinginannya. Dengan kata
lain, apa yang diidamkan manusia.
Harta dunia jika dibandingkan dengan
akhirat sangatlah kecil. Firman Allah dalam QS.Al-’Ankabut (29) :64 :
”Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda
gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui.”
Orang yang cerdas adalah orang yang mengalahkan nafsunya dan menundukkannya di bawah kendali
hikmah akalnya dan syari’at Tuhannya. Ia memperhitungkan nafsunya kapan melepas
dan kapan menahannya. Jika sesuatu itu baik, maka ia menambahnya dan memuji
Allah swt. Tetapi jika buruk maka ia bertaubat kepada Allah dan ia kembali
mengekang nafsunya sehingga ia tidak menyimpang dari jalan yang benar, ke kanan
maupun ke kiri. Perilakunya adalah melaksanakan kewajibannya kepada Tuhan,
dirinya, keluarganya, dan kaumnya. Perbuatannya itu akan bermanfaat bagi kehidupannya
setelah mati, yakni berbangkit, dikumpulkan di Mahsyar, hisab, kenikmatan surga
atau siksa neraka.
Kajian lengkap Klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar