Senin, 06 Agustus 2012

BULAN MATI, BULAN SABIT HINGGA BULAN PURNAMA

Oleh Bp. Badrun Mustofa, S.Pd..  (Temanggung)
Disampaikan dalam Kajian Kuliah Subuh Ahad Pagi Muhammadiyah Temanggung,
Tanggal 5 Agustus 2012.


A.  PENDAHULUAN
Allah bersumpah demi bulan, benda langit yang muncul pada waktu malam. Disamping Allah bersumpah demi bulan Allah juga bersumpah demi matahari dan bintang. Dengan sumpah ini, berarti keberadaan bulan sebagaimana matahari dan bintang mempunyai urgensi lebih dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan lain yang tidak mendapatkan perhatian khusus dari Allah sebagai pencipta alam semesta. Bulan merupakan benda langit yang penampakannya berubah-rubah, salah satu bentuk bulan adalah bulan sabit. Bulan sabit merupakan tanda bagi waktu, dan waktu berkaitan erat dengan ruang dan waktu. Bulan berubah bentuk secara periodik atau berulang-ulang. Hal ini dapat kita liihat dalam QS. Yasin (36) :39 :
  “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manazila, sehingga kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua”
Manzilun berarti rumah, bulan mempunyai banyak tempat, dan berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain dan akhirnya kembali dalam posisi melengkung dan condong. Dan pada kenyataanya bulan bergerak satu arah tertentu dari timur ke barat dan tidak bolak balik. Bumi sebagai titik pusat peredaran bulan sehingga jarak bumi dengan bulan relatif selalu sama, peredaran bulan mengitari bumi harus sedemikian rupa sehingga matahari dan bulan tidak pernah dapat bertemu. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Surat Yasin (36) : 40 :
  “Tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya”
Bulan dalam arti benda langit yang muncul dan bercahaya setiap bulan sepanjang tahun tidak pernah menimbulkan permasalahan apalagi menjadi pusat perhatian. Bulan menjadi perhatian dan dipermasalahkan hanya pada bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, dan yang menjadi fokus utamanya adalah bulan sabit. Dari kejadian  BULAN SABIT  inilah mampu memunculkan dua kelompok besar yang berbeda dalam melihat bentuk bulan sabit. Kelompok pertama dinamakan dengan kelompok  IMKANUR RU’YAT   dan kelompok kedua dinamakan dengan WUJUDUL HILAL, dan sampai saat ini kedua kelompok hidup rukun damai berdampingan menjalankan keputusan sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

Kajian Lengkap Klik disini

 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar