Rabu, 04 April 2012

Membentuk Keluarga Islami,


Membentuk Keluarga Islami, 
(Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah)
Oleh Bp. Drs. H. Arif Rahman, LC (Semarang)
Disampaikan dalam Kajian Kuliah Subuh Ahad Pagi Muhammadiyah Temanggung,
Tanggal 1 April 2012.
Kehidupan Dalam Keluarga
1. Kedudukan Keluarga
Keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan, karenanya menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah yang dikenal dengan Keluarga Sakinah.
2. Fungsi Keluarga
1.      Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu difungsikan selain dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan da'wah di kemudian hari.
2.      Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan (uswah hasanah) dalam mempraktikkan kehidupan yang Islami yakni tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul dengan ma’ruf, saling menyayangi dan mengasihi, menghormati hak hidup anak, saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlaq yang mulia secara paripurna, menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa neraka, membiasakan bermusyawarah dalam menyelasaikan urusan, berbuat adil dan ihsan, memelihara persamaan hak dan kewajiban, dan menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu.


 Membentuk keluarga islami adalah tanggung jawab pribadi-pribadi muslim, seperti firman Allah QS. At Tahriim (66) 6:
 
 
6.  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

 Juga sabda Rasulullah SAW :

 
 
“Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin atas rakyatnya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan anaknya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar) .

Untuk mewujudkan keluarga Islami berangkat dari kesadaran kita masing-masing yang bisa dilihat dari QS. Thaahaa (20) : 132,
 
 132.  Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya, kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu, dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
Membentuk Keluarga Islami  artinya bagaimana membentuk pribadi muslim yang baik. Dalam memilih calon istri Rasulullah memberi pedoman :
   ·         Perempuan itu dinikahi karena 4 perkara, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikan dan karena agamanya. Maka pilihlah yang mempunyai akhlaq yang baik, maka engkau akan beruntung.

 
 ·         Janganlah engaku menikahi Perempuan karena cantiknya, karena boleh jadi kecantikannya itu akan mencelakakanmu, jangan pula engaku menikahi karena hartanya, boleh jadi hartanya akan mencelakakanmu juga, tetapi nikahilah mereka atas alasan agama, bahkan seorang budak hitam tetapi punya agama akan lebih afdhal.
Selain hadist diatas, dapat juga dijadikan teladan Kisah Umar bin Khathab dengan penjual susu . Ketika Umar bin Khathab menjadi khalifah, beliau setiap malam berkeliling kota Madinah. Suatu malam Umar bin Khathab mendapati sebuah rumah pada tengah malam lampu dirumahnya masih menyala, kemudian didekatinya. Ketika dekat, Umar mendengar pembicaraan seorang ibu yang menjual susu dengan putrinya.
Ibu : “Susu yang sedang dimasak, ditambah dengan air agar kita untungnya lebih banyak.”
Anak : “Tidak boleh, itukan menipu.” Ibu : “ Tidak apa, kalau tidak kita tidak akan kaya.”
Anak : “Tidak mau.” Ibu : “ tidak apa – apa, tidak ada yang melihat.”
Anak : “Memang tidak ada yang melihat, tetapi ada yang selalu melihat, yaitu Allah.”
Begitu mendengar percakapan tersebut Umar pulang dan menemui anaknya Aziz dan mengatakan :” Kamu besok kerumah itu dan lamar anak itu.” Kemudian putri penjual susu itu dilamar oleh Aziz dan melahirkan seorang khalifah yang sangat agung untuk diteladani yaitu Umar bin Abdul Aziz. Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz cuma 2,5 tahun , tetapi dijamannya tidak ada orang yang mau menerima zakat karena makmur serta sejahtera dan setiap orang menjadi pemberi zakat, dan juga pertentangan antara Sunni dan Syi’ah mereda.
Juga kisah pemuda yang makan buah di suatu kebun , kemudian teringat bahwa dia belum meminta ijin pemilik kebun dan mencari pemilik kebun untuk di ikhlaskan. Tetapi pemilik kebun tidak mau mengikhlaskan.Pemilik kebun minta syarat agar pemuda itu bekerja kepadanya 2 tahun, dan disanggupi. Menjelang 2 tahun pemilik kebun minta syarat tambahan yaitu untuk  menikah dengan gadis anaknya yang bisu, buta, tuli dan lumpuh . Karena tidak ingin makanan haram masuk tubuhnya, maka pemuda itu menyetujuinya. Setelah menikah pemuda itu kaget, karena wanita itu tidak bisu, tidak tuli , tidak buta dan tidak lumpuh. Kemudian pemilik kebun itu menerangkan bahwa : “ Putriku bisu karena tidak pernah mengucapkan kata-kata kotor, tuli karena tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak baik, buta karena matanya tidak pernah melihat sesuatu yang tidak baik. Lumpuh karena kakinya tidak pernah berjalan ketempat yang tidak baik.” Dari pernikahan tersebut, menurut riwayat lahirlah ulama besar yaitu Imam Syafi’i.
 Pribadi Muslim dalam keluarga mempunyai beberapa kriteria :
1.      Salimul Aqidah (aqidahnya baik atau benar)
2.      Shahihul Ibadah (ibadahnya baik atau benar)
3.      Matinul Khuluq (Akhlaq yang kuat)
4.      Mutsaqaful Fikr (Mempunyai wawasan berfikir dari belajar)
5.      Nafi’un Lighairih (mempunyai manfaat terhadap orang lain)
6.      Harishun ala waqtih (mempunyai menajemen waktu yang baik)
7.      Munadzamun fi Syu’unihi (teratur dalam segala urusannya)
8.      Qadirun ‘alal Kasbi (mampu untuk mencari nafkah)
9.      Mujahidun Linafsih (mempunyai semangat hidup)
10.  Qawiyyul Jism (mempunyai badan yang kuat atau sehat)
 
Rasulullah memberi contoh akhlaq yang mulia dalam keluarga :
 
 Allah merahmati seorang suami yang bangun tengah malam untuk melakukan shalat, lalu ia membangunkan istrinya agar ikut shalat, dan jika istrinya tidak mau bangun, ia memercikkan air pada wajahnya. Dan Allah juga merahmati seorang wanita yang bangun tengah malam untuk shalat, lalu ia membangunkan suaminya agar ikut shalat, dan jika suaminya tidak mau bangun, maka ia memercikkan air pada wajahnya. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah) .
Rasulullah juga memberi peringatan untuk suami agar berbuat baik pada keluarganya :
Seburuk-buruk manusia adalah yang kasar terhadap keluarganya, mereka bertanya: wahai Rasulullah bagaimanakan yang dimaksud kasar terhadap keluarganya? Seorang suami yang apabila masuk rumahnya, isterinya takut, anak-anaknya lari dan pembantunya kabur, apabila ia keluar rumah, isterinya gembira dan keluarganya merasa senang aman. (HR. At-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Ausath)
Pendidikan Anak
Sebuah kisah yang dapat dijadikan teladan dalam mendidik anak : Umar bin Abdul Aziz (cucu Umar bin Khatab) ketika baru saja dilantik menjadi khalifah, baru saja ia merebahkan badannya, seorang pemuda berusia tujuh belasan tahun datang menghampirinya dan mengatakan, “Apa yang ingin engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?” Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjawab, “Biarkan aku tidur barang sejenak. Aku sangat lelah dan capai sehingga nyaris tak ada kekuatan yang tersisa. “Namun pemuda itu tampak tak puas dengan jawaban tersebut. Ia bertanya lagi, “Apakah engkau akan tidur sebelum mengembalikan barang yang diambil secara paksa kepada pemiliknya, wahai Amirul Mukminin? Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Jika tiba waktu zuhur, saya bersama orang-orang akan mengembalikan barang-barang tersebut kepada pemiliknya.” Jawaban itulah yang kemudian ditanggapi oleh sang pemuda, “Siapa yang menjaminmu hidup sampai setelah zuhur, wahai Amirul Mukminun?” Pemuda itu bernama Abdul Aziz. Ia, putera Amirul Mukminun sendiri, Umar bin Abdul Aziz. 
 
Dan doa untuk mendapat keturunan yang baik adalah :
 "Ya Allah karuniakan kepada kami isteri dan keturunan yang menentramkan hati kami dan jadikan kami penghulu orang-orang yang bertaqwa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar