Senin, 19 Desember 2011

Penjelasan Syahadad Rasul

Penjelasan Kitab Tafsir Al ‘Usyril Akhir
Minal Qur’anil Karim Min Kitab Zubdatit Tafsir
Penulis  Al Syaikh Doktor Muhammad Bin Sulaiman Al Asyqor, terbitan Saudi Arabia 
(www.tafseer.info)
Oleh Bp. H. Drs. Asy’ari Muhadi. MA
disampaikan dalam Kajian Malam Rabu Muhammadiyah Temanggung, 6 Desember  2011).
 KESAKSIAN BAHWA MUHAMMAD UTUSAN ALLAH

Mayat itu didalam kuburnya diuji dan ditanya 3 pertanyaan. Manakala dia bisa menjawab 3 pertanyaan itu dia akan selamat. Dan manakala dia tidak bisa menjawab dari 3 pertanyaan tersebut, maka dia akan celaka. Dan sebagain dari pertanyaan – pertanyaan itu adalah “ Siapakah Nabi mu.” Tidak akan bisa menjawab pertanyaan tersbeut , kecuali orang yang telah diberi taufiq oleh Allah, didunianya untuk melengkapi kesaksian itu syarat – syaratnya. Dan dia telah diberi ketetapan dan ilham/pelajaran oleh Allah di dalam kuburnya itu. Maka kesaksian itu tadi member manfaat kepada mayat dialam akherat nanti, di nama pada hari akherat itu tidak dapat member manfaat kepada seseorang, apakah hartanya apakah anakanya. Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi itu :


1.      Mentaati perintah – perintah Nabi Muhammad SAW.
Sebagai mana Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mentaati Rasullullah. Allah berfirman : Barang siapa mentaati Rasullullah Muhammad SAW maka dia telah mentaati Allah.( QS. An Nisaa’ (4) : 80).
Dan firman Allah : Katakanlah wahai Muhammad , Manakala kau semua mengaku cinta kepada Allah, maka ikutilah Aku (Muhammad SAW), niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. (QS. Ali Imron (3) : 31).
Dan mutlaknya masuknya seseorang dalam surga dikaitkan dengan hormatnya ketaatannya kepada rasullullah. Dan seperti sabda Rasullullah SAW : “Setiap umatku dia akan masuk surga, kecuali yang dia tidak mau”. Para sahabat bertanya : “Wahai Rasullullah, siapakah yang tidak mau itu ?”. Nabi menjawab : “Barang siapa yang mentaati aku, pasti dia masuk surga. Barangsiapa yang tidak taat padaku, maka dia tidak masuk surga.” (HR. Al Bukhori). Dan barang siapa mencintai Nabi, maka pasti dia akan mentaatinya. Dikarena ketaatan itu buah cinta. Dan barang siapa yang mengaku cinta kepada Nabi, tanpa meneladani dan mentaatinya , maka dia adalah dusta dalam pengakuannya.
Keterangan : Seorang istri yang cinta kepada suaminya, maka dia akan taat kepada suaminya dan sebaliknya. Seorang ibu yang cinta kepada anaknya, maka ia akan taat kepada anaknya, seperti ketika  anak menangis minta air susu walau tengah malam, sang ibu akan taat dan membuatkan susu untuk anaknya. Juga seorang hamba yang cinta pada Allah, maka dia akan mentaatinya, walau harus bangun tengah malam melaksanakan sholat tahajut. Seorang muslim yang cinta pada Allah, maka dia akan taat perintahnya, termasuk membayar zakat , melaksanakan haji dan lainnya.

2.      Mendengarkan Apa yang disabdakan Nabi.
Maka barang siapa yang mendusta sesuatu yang datang dari Nabi, karena kemauanya, atau hawa nafsu maka betul - betul dia mendustakan Allah dan rasulnya. Karena Nabi itu terjaga dari kesalahan  (ma’syum), dan terjaga dari dusta.Allah berfirman : Dan tidaklah Nabi itu bersabda atas kemauannya sendiri.(QS. An Najm (53): 3).
Keterangan : Kita menolak paham ingkar sunah . Kita tidak boleh mendustakan sabda rasullullah, karena sabda rasullullah merupakan sumber syariat agama Islam.

3.      Menjauhi segala yang dilarang oleh Rasullullah.
Dimulai menjauhi dari dosa paling besar, yaitu syirik, kemudian menjauhi  dosa- dosa besar (membunuh, berzina, khamar) dan menjauhi perilaku – perilaku yang merusak amal. Sampai menjauhkan diri dari dosa-dosa kecil, dan meninggalkan sesuatu yang tidak disukai oleh rasullullah atau makruh. Keimanan seorang muslim akan bertambah sesuai dengan kadar kecintaanya kepada rasullullah. Dan apabila bertambah iman sesorang, maka Allah akan menanamkan dalam hati kepada orang itu kecintaan untuk melakukan amal – amal sholeh. Dan Allah akan menanamkan rasa benci dihatinya untuk berlaku khufur, fasyek dan maksiat.
Keterangan : Dosa sekecil apapun jika dibiarkan atau diremehkan bias menumpuk menjadi besar. Sesuatu yang tidak disukai Allah dan rasulnya dalam hubunganya agama, sebaiknya ditinggalkan. Semakin cinta kepada Nabi, akan semakin taat kepada nabi, maka akan semakin bertambah iman seseorang. Iman sesorang itu bias bertambah, dan bias berkurang, manakala kurang suka melakukan amal sholeh, berarti imannya sedang berkurang. Sebagai contoh, ketika seseorang sepulang dari takziah atau melayat jika mengambil pelajarannya, maka imannya bisa meningkat dan banyak melakukan amal sholeh. Tetapi ketika lama tidak ada takziah dan disibukkan dengan kegiatan dunia, maka kemungkinan iman kita menipis dan kurang melakukan amal sholeh. Jika masih ada perilaku khufur, fasyek dan maksiat dalam masyarakat berarti telah berkurang atau hilang keimanan seseorang.

4.      Allah tidak disembah kecuali karena telah disyariatkanya melalui lisan Muhammad SAW.

Asal usul dari masalah ibadah itu dilarang, maka tidak boleh Allah itu disembah, kecuali ada perintah dari rasullullah. Nabi bersabda : Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah  dariku, maka amalan itu ditolak. (HR. Muslim). Artinya tidak diterima. Keterangan : Segala ibadah harus melalui perintah dari Allah melalui Nabi Muhammad SAW. Jika melakukan ibadah yang tidak diperintahkan Nabi Muhammad SAW, berarti menganggap tugas Nabi belum selesai, sehingga perlu ibadah baru, dan itu sangat dilarang oleh Allah.
BERMANFAAT : Ketahuilah bahwa cinta kepada Nabi itu dan mencintai ajaran yang dibawa Nabi, hukumnya wajib. Maka barang siapa yang mendholimi sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Nabi, walaupun dia mengamalkannya, maka dia kafir. Hanya mengaku cinta kepada Nabi. Tetapi harus lebih mencintai Nabi meskipun terhadap dirimu sendiri. Maka barang siapa mencintai sesuatu itu , maka dia akan mengikutinya /mengutamakan. Dan dia akan mencocoki/meniru/mencontoh dengan apa yang dicintai rasullullah. Maka yang benar dalam mencintai nabi itu, ialah seseorang menampak kecintaannya itu dengan tanda – tanda : mengikuti sunnahnya, baik yang diucapkan maupun yang dilakukan, mentaati segala perintah – perintahnya dan menjauhi larangannya dan berperilaku seperti perilaku Nabi diwaktu susah/sulit dan diwaktu senang. Maka sesungguhnya mentaati dan mengikuti nabi itu, yaitu buah dari pada cinta. Dan tanpa mentaati dan mengikuti berarti cintanya tidak benar.
Keterangan : Jika kita mengamalkan ajaran yang dibawa nabi dan ada yang mengolok – oloknya, maka orang tersebut telah mendustakan Nabi. Nabi bersabda : “Barang siapa yang membuat kedustaan terhadap diriku, maka dia akan masuk neraka.” Ada pepatah : Kalau cintamu itu sejati, maka kamu akan mengikutinya. Maka kalau cinta kita mencintai Nabi , maka kita mengikutinya. Maka ketika kita mau beramal, kita harus lihat apakah ada contoh dari Nabi.

Dikisahkan dalam suatu riwayat, ketika sahabat Umar sedang tawaf di Bauitullah, dan akan mencium Hajar Aswad, Umar berkata : “Wahai Hajar Aswad, kalau aku tidak melihat Nabi mencium kamu, aku tidak akan mencium kamu. Karena kamu tidak dapat memberi manfaat dan pertolongan.” Itulah sikap hati – hati Umar dalam melaksanakan amalan dan ibadah, dan melakukannya karena sudah dicontohkan oleh Nabi.

 Dan cinta kepada Nabi dengan tanda – tanda, diantaranya :
1.      Banyak disebut nama Nabi Muhammad dan mendoakan kepada Nabi. Karena barang siapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan banyak menyebutnya.
2.      Rindu untuk bertemu dengan Nabi. Karena setiap orang yang mencintai itu akan rindu untuk segera bertemu kepada yang dikasihinya.
3.      Mengagungkan Rasullullah dan Memuliakan Nabi ketika nama rasullullah disebut. Berkata Sahabat Imam Iskhaq : Adalah para sahabat Nabi , sesudah Nabi wafat, tidak menyebut nama rasullullah, kecuali menyebut nama rasullullah itu dengan rasa khusyuk, dan gemetar kulit mereka dan mereka menangis.
4.      Membenci orang yang membenci Nabi. Dan jika ada yang menyatakan permusuhan pada Nabi, kita juga menyatakan musuh pada mereka. Dan menjauhi orang yang mengingkari/menyalahi  sunah Nabi, dan menjauhi orang yang ahli bid’ah dan orang – orang munafik.
5.      Mencintai orang yang mencintai Nabi, yaitu dari keluarga Nabi, istri – istri Nabi dan sahabat –sahabat Nabi baik dari Muhajirin maupun Anshor. Dan kita bermusuhan  dengan orang yang memusuhi keluarga Nabi, Istri Nabi, dan Sahabat Nabi. Dan kita akan mengupat pada mereka.
6.      Mengikuti dan meneladani dengan akhlaqul kharimah. Karena Nabi itu oaring yang paling mulia dalam akhlaqnya. Berkata ‘Aisyiyah : Adalah akhlaq Nabi itu adalah Al Qur’an. Artinya beliau membiasakan dirinya supaya dirinya tidak mengerjakan sesuatu, kecuali apa –apa yang diperintahkan Al Qur’an.
Keterangan : Mendoakan Nabi menurut beberapa hadist ketika Nabi di datangi para sahabat  dan menanyakan bagai mana kami mendoakan Nabi, Nabi menjawab : “Katakanlah Allahhuma sholi ’ala Muhammad, wa ‘ala ’ali Muhammad”. Dan karena  ini doa, maka diucapkan dengan lembut (tidak dikeraskan) dan penuh kekhusyukkan/tawadu’ kepada Allah, karena Allah Maha Mendengar.
Mengagungkan Rasullullah bukan berarti mengkultuskan atau menyembah sesuai dengan hadist Nabi : “Janganlah kamu  mengkultuskan aku sebagai orang – orang Yahudi dan Nasrani mengkultuskan rahib – rahib mereka.
Mencintai Nabi, berarti tidak boleh mencaci maki sahabat Nabi seperti hadist Nabi : “Kamu jangan mencaci sahabatku, mana kala kamu menginfaqkan emas sebesar gunung, maka belum sebanding dengan amalan – amalan sahabatku”. Sahabat sahabat inilah yang dipilih oleh Allah untuk hidup dijaman Rasullullah untuk menemani Rasullullah. Sesuai dengan sabda Nabi : “Sebaik-baiknya umat adalah orang yang hidup bersamaku (sahabat), kemudian sesudahnya (tabi’in), kemudian sesudahnya (tabi’ at tabi’in). Setelah itu akan terjadi perbedaan pendapat yang sangat hebat, maka hendaklah kamu berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafaur  Rasyidin yang mendapat petunjuk dan peganglah dengan gigi geraham mu kuat – kuat.“
Dalam suatu riwayat diceritakan pada suatu malam, ketika Nabi sepulang dari berdakwah, dan didapati pintu rumah terkunci/tertutup, Nabi mengetuk pintu tiga kali dan tidak dibukakan pintu oleh ‘Aisyiyah karena tertidur, Nabi tidur didepan pintu. Pagi harinya ‘Aisyiyah mendapati Nabi tertidur di depan pintu dan minta maaf, Nabi berkata : “ Tidak apa ‘Aisyiyah, tadi malam aku sudah mengetuk pintu tiga kali  dan kamu sudah tertidur karena lelah mengurus rumah tangga, maka akau tidak memaksa engkau membukakan pintu.” Ini merupakan contoh akhlaqul kharimah Nabi.
Adapun sifat – sifatnya Nabi : Nabi itu orang yang paling berani, dan Nabi lebih berani dalam perang yang sedang berkecamuk. Dan Nabi adalah orang paling  mulia. Dan Nabi orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi ketika bulan ramadhan. Dan Nabi itu selalu memberikan nasehat. Dan Nabi itu orangnya lembut. Dan Nabi tidak pernah membalas dendam untuk kepentingan pribadinya. Dan Nabi sangat tegas dalam menjunjung tinggi perintah Allah. Dan Nabi merupakan orang yang sangat tawadzuk ketika memegang kekuasaan. Nabi itu merupakan orang yang sangat malu. Nabi lebih pemalu dari pada wanita pinggitan di dalam pengitannya. Dan Nabi adalah orang paling baik terhadap istrinya, anaknya dan cucunya. Dan Nabi orang yang paling ramah dan santun pada makhluk lain. Dan lebih banyak lagi sifat Nabi.
Ya Allah , semoga sholawat dan salam tercurah pada Nabi SAW, keluarganya, istrinya, sahabatnya dan para tabi’in , tabi’ at tabi’in yang mengikuti dengan kebaikan sampai hari Kemudian.
Keterangan : Nabi bersabda : “Tidak akan memuliakan seorang wanita (istri – istrinya) kecuali orang yang mulia. Dan tidak akan menghinakan istri - istrinya kecuali orang yang hina.”
Kedermawanan  Nabi bisa dilihat dari kisah Nabi, setiap sehabis sholat subuh di masjid, Nabi menyuapi dengan lembut seorang wanita Yahudi yang sudah tua dan buta, yang tidur di teras toko. Padahal orang tersebut selalu memaki – maki Nabi dan Nabi tidak pernah menjawab makian itu. Setelah Nabi wafat, amalan itu diteruskan Abu Bakar. Orang tersebut bertanya : “Ini yang menyuapi saya lain dari biasanya ? Yang biasanya menyuapi saya dimana ?” Abu Bakar menjawab : “ Saya adalah teman orang yang biasanya. Nama saya Abu Bakar, dan orang yang biasa menyuapi itu sudah meninggal dan namanya Muhammad Rasullullah. “ Dan orang tua tersebut menangis dan menyesal.
Tindakan Nabi yang tidak mendendam dan tidak sewenang – wenang dapat dilihat dalam kisah Penaklukan Mekkah, ketika Nabi mau masuk Mekkah, Nabi bersabda : “ Siapa yang masuk masjid dia aman , siapa yang masuk rumah dan menutup pintu dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Shofyan (musuh Nabi) dia aman. Dan hari ini tidak ada dendam diantara kita. Semoga Allah mengampuni aku dan kalian.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar